Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan
juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut kepada kelompoknya.
Pada model
pembelajaran jigsaw ini keaktifan siswa (student
centered) sangan dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok
kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok
ahli.
Dalam Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, siswa
dibagi dalam beberapa kelompok belajar yang heterogen yang beranggotakan 3-5
orang dengan menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal
adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang
dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus trampil
dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi
setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang
terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk
mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok
asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu
dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi
yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama
lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Disini, peran guru adalah
mefasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk
memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota
kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman
sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok
ahli.Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang di dapatkan
saat melakuakn diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima
oleh setiap anggota pada kelompok asal.
Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence
setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan.
Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang positif
dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah
yang biberikan.
1.
Langkah- Langkah dalam metode jigsaw
Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur
seperti gergaji. Menurut Arends (1997),
langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw, yaitu:
1.
Awal kegiatan pembelajaran
a. Persiapan
1. Melakukan Pembelajaran Pendahuluan
Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan tujuan dipelajarinya topik tersebut.
a. Persiapan
1. Melakukan Pembelajaran Pendahuluan
Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan tujuan dipelajarinya topik tersebut.
2. Materi
Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan dipelajari oleh siswa.
3. Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli
Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang yang heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar belakang sosialnya
Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang yang heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar belakang sosialnya
4. Menentukan Skor Awal
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.
Rencana Kegiatan
1. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
2. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan
semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
3. Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik
yang didiskusikannya.
4. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua
topik.
5. Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok
atau menghargai prestasi kelompok.
2.
Sistem Evaluasi
Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:
Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:
1.
Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua
topik.
2. Membuat laporan mandiri atau kelompok.
3. Presentasi
3. Presentasi
Materi Evaluasi
– Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.
– Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.
– Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.
– Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.
2.
Kelebihan
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran
tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli
yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
2. Pemerataan
penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam
berbicara
dan
berpendapat.
1.
Kelemahan
Dalam penerapannya
sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :
1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung
mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus
benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para
anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian
baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga
ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat,
kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat
tersampaikan secara akurat.
3. Siswa yang cerdas
cenderung merasa bosan.
Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas
yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya
diskusi.
4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti
proses pembelajaran
No comments:
Post a Comment